Setiap perayaan Kuningan di Bali, ada sebuah tradisi unik yang digelar warga Desa Bongan, Tabanan, yakni menyebar uang seusai sembahyang. Tradisi yang disebut mesuryak atau bersorak ini sudah berlangsung puluhan tahun dan diwariskan secara turun-temurun.
Seusai bersembahyang bersama di pura keluarga, warga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih langsung bergegas ke halaman depan rumah. Kemudian tuan rumah menyiapkan sejumlah uang dari berbagai pecahan, mulai Rp 500 hingga Rp 100.000, untuk dibagikan kepada warga lainnya dengan cara disebar ke udara.
Warga yang kebanyakan adalah pemuda dan anak-anak ini kemudian saling berebut untuk menyambut "hujan uang" yang disebar tuan rumah. Tak jarang dari mereka ada yang saling dorong dan berjatuhan demi mendapatkan selembar uang Rp 1.000-an hingga Rp 100.000-an.
Seusai bersembahyang bersama di pura keluarga, warga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih langsung bergegas ke halaman depan rumah. Kemudian tuan rumah menyiapkan sejumlah uang dari berbagai pecahan, mulai Rp 500 hingga Rp 100.000, untuk dibagikan kepada warga lainnya dengan cara disebar ke udara.
Warga yang kebanyakan adalah pemuda dan anak-anak ini kemudian saling berebut untuk menyambut "hujan uang" yang disebar tuan rumah. Tak jarang dari mereka ada yang saling dorong dan berjatuhan demi mendapatkan selembar uang Rp 1.000-an hingga Rp 100.000-an.
Mesuryak merupakan wujud rasa kegembiraan masyarakat setelah dilaksanakan hari raya. Selain itu juga dipercaya bahwa selama hari raya, para leluhur mereka pulang ke rumah masing-masing selama 10 hari sejak hari raya galungan. Untuk itu, Mesuryak merupakan bagian dari ritual melepas leluhur agar mereka kembali ke tempatnya dengan bahagia, yakni swarga loka.
Masyarakat Hindu setempat melaksanakan upacara ini secara turun-temurun. Dan diharapkan dengan pelaksanaan tradisi tersebut dapat menambah erat rasa kekeluargaan, kebersamaan dan meningkatkan hubungan yaitu kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia dan alam semesta.
Tradisi mesuryak ini merupakan simbol persembahan kepada leluhur yang sudah meninggal agar mendapat tempat yang layak. Secara niskala (tidak nyata) kita memberikan sesajen dan secara skala (nyata) kita memberikan uang. Bagi sebagian warga, mereka meyakini, dengan menyebar uang saat Kuningan akan mendapat timbal balik atau rezeki lebih karena telah membekali leluhur mereka yang sudah meninggal. Dari berbagai sumber
1 komentar:
keren postingannya :)
sya mnunggu postingan yg lain,
tp mngenai tradisinya
Posting Komentar